Alkisah,
seorang anak di Palestina, menelusuri lorong di jalur Gaza,
mengumpulkan selonsong peluru dan batu.
Ketika matahari turun, untuk memenuhi laparnya,
Ketika matahari turun, untuk memenuhi laparnya,
ia memamah semua suara.
Kerongkongannya perih,
Kerongkongannya perih,
tapi tak satu pun bunyi yang keluar dari pita suaranya.
Akhirnya ia tertidur di bekas ladang zaitun dan korma.
Bukan salahnya kalau ia bermimpi bertemu Yasser Arafat.
Yasser Arafat mengusap kepalanya dan bertanya: Siapa ayahmu, nak?
Tiba-tiba ia mendapatkan suaranya dan menjawab:
Akhirnya ia tertidur di bekas ladang zaitun dan korma.
Bukan salahnya kalau ia bermimpi bertemu Yasser Arafat.
Yasser Arafat mengusap kepalanya dan bertanya: Siapa ayahmu, nak?
Tiba-tiba ia mendapatkan suaranya dan menjawab:
Perjanjian Perdamaian!
Arafat tersenyum, mengangguk-angguk, lalu bertanya lagi:
Arafat tersenyum, mengangguk-angguk, lalu bertanya lagi:
Siapa ibumu?
Si anak menjawab dengan tak ragu: Intifada! Intifada!
Arafat termangu, dan sejurus kemudian bertanya lagi:
Si anak menjawab dengan tak ragu: Intifada! Intifada!
Arafat termangu, dan sejurus kemudian bertanya lagi:
Apa cita-citamu?
(petikan naskah PEKIK SUNYI, 1994 - 2010)
Si anak juga termangu, antara bermimpi dan tidak, ia berteriak serak: Meniup terompet Israfil!
(petikan naskah PEKIK SUNYI, 1994 - 2010)
'Pekik Sunyi' merupakan nashkah karya Muhammad Ibrahim Ilyas yang ditulis pada tahun 1994. Karya ini kemudiannya telah dipentaskan dalam bentuk teater.
No comments:
Post a Comment
Assalamualaikum! :)